Minggu, 24 Mei 2009

Flora-Lontar





Pohon lontar berasal dari bahasa Jawa, ron tal. Artinya, daun tal atau siwalan. Pohon lontar termasuk dalam keluarga palem-paleman Asia. Nama ilmiahnya adalah Borassus flabellifer. Di Asia, pohon lontar dikenal juga dengan nama siwalan, palem gula, atau palem kamboja.

Pohon lontar bisa bertahan hidup sampai 100 tahun. Pertumbuhan pohon lontar terlihat lambat pada saat masih muda. Namun, pertumbuhannya menjadi cepat begitu sudah tua. Tingginya bisa mencapai 30 meter. Bila dilihat dari kejauhan, barisan pohon lontar jadi terlihat unik dan menarik.

Buah Lontar

Pohon lontar memiliki buah yang berwarna cokelat kehitaman, seperti kelapa yang masih muda. Di dalamnya ada bagian biji yang berwarna putih bening dan terasa kenyal. Biji buah lontar ini dapat dimakan mentah, direbus, atau dibuat manisan. Sementara airnya dapat dibuat menjadi minuman atau gula merah.

Daun Lontar

Daun lontar seperti kipas yang menjadi kanopi (tirai) di puncak pohonnya. Helaian daun lontar panjangnya bisa mencapai 3 meter. Daun lontar bisa dibuat menjadi berbagai benda seni. Contohnya, tas, topi, tikar, sandal hingga lukisan. Namun, sejak masa lalu, daun lontar lebih sering digunakan sebagai media tulis layaknya sehelai kertas.

Sebelum menjadi kertas lontar, daun lontar harus menjalani proses cukup rumit. Mula-mula, daun lontar dijemur hingga menjadi kering dan berubah warna dari hijau menjadi cokelat. Setelah kering, daun lontar harus direndam di dalam air hingga beberapa hari, lalu dijemur kembali. Ada pula yang menguburnya dalam tanah hingga beberapa hari.

Setelah kering kembali, daun lontar direbus untuk membersihkan sisa-sisa kotoran. Proses perebusan ini terkadang diberi pewarna untuk menghasilkan kertas lontar yang berwarna. Serta, ramuan tertentu untuk mengawetkan kertas. Setelah direbus, kertas lontar ini dijemur kembali hingga kering. Daun lontar yang kering dipres (ditempa) hingga rata, lalu dipotong-potong. Kertas lontar pun siap digunakan.

Menulis di Daun Lontar

Sebelum menulis, daun lontar diberi garis tipis agar tulisan menjadi rata. Alat untuk menulis di daun lontar adalah dengan menggunakan pisau khusus. Daun lontar diletakkan di atas bantal tipis, lalu pisau dipegang seperti memegang pensil.

Selama menulis, tangan tidak boleh bergerak. Yang bergerak adalah jari-jari tangan. Untuk menggeser tangan, caranya dengan mendorong tangan menggunakan jari tangan kiri. Bila selesai menulis, tulisan itu ditimpa dengan kemiri yang telah dibakar. Huruf-huruf di daun lontar pun akan timbul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar