Semua binatang yang hidupnya dari berburu, membutuhkan senjata untuk menangkap mangsanya. Selain itu, ia membutuhkan senjata untuk mempertahankan dirinya. Biasanya binatang akan menyingkir dari hadapan musuhnya yang lebih besar dan kuat darinya dengan berlari dan bersembunyi atau mempergunakan akal untuk mengelabui. Tetapi jika sudah terpojok, untuk atau membela anak-anaknya kesayangannya, ia akan mempertahankan diri dengan caranya masing-masing.Tanpa senjata untuk berburu, atau untuk mempertahankan diri, seekor binatang sulit untuk bertahan hidup di alam yang terkenal dengan "hukum rimba"nya. Artinya, siapa yang kuat dialah yang akan menang.
Nah, salah satu binatang yang mempunyai cara bertahan diri yang aneh adalah 'sigung'. Binatang ini mirip seperti musang dan biasanya hidup di daerah tanah hutan, tanah pertanian, tepi sungai, dan daerah rawa. Phylum Sigung adalah Chordata, subphylumnya: vertebrata, kelas: Mammalia, order: carnivora, family: Mustelidae, species: Mustella putorius. Panjang seluruh badan sigung antara 45 - 60 cm dan panjang ekornya antara 13 - 20 cm. Sigung mempunyai bulu yang kasar dan gelap. Sigung biasanya memangsa katak, burung, kelinci, dan hewan mamalia kecil lainnya. Besar anak sigung yang baru lahir hanya sebesar telapak tangan orang dewasa. Sangat kecil bukan?
Bila seekor sigung ini menundukkan kepala, ekor terangkat, dan akan menjejak-jejakkan cakar depannya di tanah, itulah saat ia memberi peringatan pada musuhnya yang mengancam. Barangkali, ia akan berseru, "pergi kau, atau kutembak!" Sigung akan memberi peringatan pada musuhnya sebelum "menembak." Jika musuh tidak mau mundur, ia akan melengkungkan tubuh menjadi berbentuk huruf U. Diarahkannya kepala dan ekornya ke wajah musuh. Lalu disemburnya dengan semprotan yang berbau luar biasa busuknya. Tembakan ini bisa mengarah ke kanan atau kekiri, ke atas, atau lurus. Jarak tembaknya bisa 3 sampai 3,6 meter.
Semprotan itu berasal dari dua kelenjar di bawah ekor sigung. Masing-masing kelenjar memiliki sebuah puting kecil yang letaknya tersembunyi di bawah kulit. Dan ketika sigung menembak, puting- puting itu "meletup" bagaikan sepasang moncong senapan. Moncong-moncong itu memuncratkan dua aliran cairan berminyak yang menjadi satu bentuk semprotan lembut.
Bau cairan sigung amat menyengat dan menyesakkan sehingga membuat mereka yang terkena, baik hewan maupun manusia, merasa nyeri. Jika semprotan mengenai mata, rasanya panas menyengat, sampai-sampai mata berair. Hanya sedikit musuh yang berani menyerangnya. Salah satunya adalah burung hantu bertanduk. Kebanyakan sudah lari sebelum bertarung. Apalagi bagi mereka yang sudah merasakan baunya. Begitu nampak warna belang hitam putih di depannya, langsung ia ambil langkah seribu, jangan sampai ia merasakan bau yang tak tertahankan busuknya it
Tidak ada komentar:
Posting Komentar